Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Singkat Suku Bima |Etimologi, Sistem, Baju Adat, Bahasa, Pencaharian dan Kesenian

Suku Bima yang biasa disebutkan sebagai  suku Dou Mbojo adalah etnis yang tinggal di Kabupaten Bima dan Kota Bima. Suku ini diberitakan sudah ada semenjak jaman Kerajaan Majapahit.

Sejarah Singkat Suku Bima

Berdasarkan Legenda yang tercatat dalam Kibat Bo', suku Bima memiliki 7 pimpinan setiap wilayah yang disebutkan Ncuhi.

Pada periode perlawanan di Majapahit, satu dari Pandawa Lima, Bima, larikan diri ke Bima lewat lajur selatan supaya tidak kedapatan oleh beberapa pemberontak hingga berlabuh dipulau Satonda.

Sesudah berlabuh, Bima tinggal dan menikah dengan salah seorang putri di daerah itu, sampai mempunyai anak. Bima ialah seorang yang mempunyai watak kasar dan keras, tetapi tegar dalam pendirian dan tidak gampang curigai seseorang.

Karena itu, beberapa Ncuhi mengangkat Bima jadi Raja pertama daerah itu yang selanjutnya jadi wilayah yang namanya Bima. Si Bima dipandang seperti raja Bima pertama.

Tapi Bima minta ke beberapa Ncuhi supaya anaknyalah yang diangkat sebagai raja. Karena ia akan balik kembali ke Jawa.

Bima memerintahkan ke dua anaknya untuk memerintah Kerajaan Bima. Karena Bima datang dari Jawa, hingga beberapa bahasa Jawa Kuno terkadang masih dipakai sebagai bahasa lembut di Bima.

Etimologi Suku Bima

Ada banyak versi yang menjelaskan mengenai asal-usul kata Bima hingga menjadi menjadi sebuah suku yakni :

  • Ada opini yang menjelaskan, Bima datang dari kata "Bismillaahirrohmaanirrohiim". Ini karena sebagian besar suku Bima memeluk agama islam.
  • Menurut sebuah legenda, kata Bima datang dari nama raja pertama suku itu, yaitu Si Bima.

Tapi nama Bima sebetulnya merupakan panggilan dalam bahasa Indonesia, dan masyarakt Bima sendiri menyebutkan dalam kata Mbojo. Dalam suku Bima sendiri ada dua suku, yaitu suku Donggo dan suku Mbojo. Suku Donggo dipandang seperti orang pertama kali yang sudah menempati daerah Bima.

Sistem Keyakinan dan Kepercaya Suku Bima

Sebagian besar suku Bima beragama Islam dan sejumlah kecil beragama Kristen dan Hindu. Tetapi, ada satu keyakinan yang diyakini oleh suku Bima yang disebutkan dengan Pare No Bongi.

Pare No Bongi sebagai keyakinan asli orang Bima yang berpedoman keyakinan pada arwah leluhur. Dunia arwah yang ditakutkan ialah Batara Gangga sebagai dewa yang berkekuatan yang besar sekali selaku penguasa.

Disamping itu ada juga Batara Guru, Idadari sakti dan Jeneng, arwah Bake dan arwah Jim yang tinggal di pohon atau gunung yang besar sekali dan dipercayai berkuasa untuk menghadirkan penyakit, musibah, dan yang lainnya.

Ada sebatang pohon besar di Kalate yang dipandang sakti, Murmas tempat beberapa dewa Gunung Rinjani; rumah beberapa Batara dan dewi-dewi.

Baju Adat Terkenal Di Bima

Warga Bima, bagi para wanita mempunyai baju ciri khas seperti sarung sebagai bawahan, ada pula yang memakai 2 buah sarung, yang disebutkan rimpu. Rimpu ialah baju tradisi wanita Bima yang dipakai untuk tutup aurat sisi atas dengan sarung hingga hanya terlihat mata atau mukanya saja. Rimpu yang hanya terlihat mata disebutkan rimpu mpida.

Bahasa Resmi Suku Bima

Bahasa yang dipakai ialah Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo yang terhitung dalam rumpun Bahasa Melayu Polinesia. Bahasa itu terbagi dalam beragam aksen, yakni aksen Bima, Bima Dongo dan Sangiang.

Dalam aksen bahasanya, mereka kerap memakai huruf hidup dalam akhiran ucapnya, jarang-jarang memakai huruf hidup. Misalkan kata "jangang" disampaikan jadi "janga".

Mata pencaharian dan Penhasilan Suku Bima

Mata pencaharian khusus "Bima" ialah bertani dan sempat pernah menjadi segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate pada jaman Kesultanan. Oleh karenanya, jalinan Bima dan Makassar sangat dekat, karena pada jaman Kesultanan, ke-2  kerajaan ini sama-sama menikahkan putra dan putri kerajaannya masing.

Selainnya bertani, warga Bima berkebun, memburu dan berternak kuda yang memiliki ukuran kecil tetapi kuat. Semenjak era ke-14 kuda Bima sudah di-export ke Pulau Jawa.

Tahun 1920 wilayah Bima sudah jadi tempat pengembangbiakkan kuda. Beberapa wanita suku Bima membuat kerajinan anyaman dari rotan dan daun lontar, kain tenunan "tembe nggoli" yang populer.

Rumah Adat Suku Bima

Rumah tradisi suku Bima namanya "Uma Lengge". Rumah itu mempunyai susunan dibuat dari kayu, keseluruhnya elemennya saling terkait hingga jadi kesatuan dan berdiri di atas beberapa tiang.

Tiang menyangga pada fondasi-yang berbentuk sebuah batu alam sebagai sandaran tiang. Bangunan ini direncanakan begitu kuat supaya tahan gempa dan angin.

Kesenian Tarian Cirik Khas Terkenal Di Suku Bima

Suku Bima mempunyai tarian ciri khas misalnya :

  • Tari buja kadanda
  • Tari Perang
  • Tarian kalero

Tarian kalero yang dari wilayah Donggo lama yang disebut tarian dan nyanyian yang berisi ratapan, sanjungan, pengharapan dan penghormatan pada roh. Kesenian lain warga Bima ialah perlombaan balap kuda.

Sekian ulasan terkait Sejarah Singkat Suku Bima |Etimologi, Sistem, Baju Adat, Bahasa, Pencaharian dan Kesenian semoga berguna, terimakasih.

Posting Komentar untuk "Sejarah Singkat Suku Bima |Etimologi, Sistem, Baju Adat, Bahasa, Pencaharian dan Kesenian"