Mengenal Dasar Proses Produksi Dan Manajemen Teater |Teori Drama_Pementasan Part 2
BAB 2 (DUA) DRAMA SEBAGAI TEATER (Buku Teori Drama Dan Pementasan Part 2 "DUA")
Pokok Pembahasan :
Seperti apa proses produksi pertunjukan teater? Bagaimana analisis naskah dan kelaikan pementasan teater? Seperti apa struktur organisasi teater? Apa tugas tim produksi organisasi teater? Seperti apa manajemen produksi teater? Apa persyaratan pekerja teater (kultural, literer, artistik, teatral) Apa itu pimpinan produksi dalam teater? Sutradara dalam teater? Apa itu aktor dalam teater? Apa maksud tim artistik dalam teater?
![]() |
Mengenal Dasar Proses Produksi Dan Manajemen Teater |Teori Drama |
Drama sebagai teater adalah pengolahan naskah drama oleh sutradara untuk dipentaskan. Arahan sutradara dipelajari dan ditafsirkan oleh aktor ke sejumlah penonton. Dalam hubungannya dengan penonton, ia memiliki tafsir sendiri terhadap apa yang dilakukan oleh aktor. Dengan demikian, ketika sebuah naskah dipentaskan ke sejumlah penonton dengan tafsir sutradara, aktor, dan tim artistik, naskah tersebut sudah menjelma sebagai karya teater. Proses drama sebagai teater dapat diskemakan seperti berikut ini.
A. Proses Produksi Pertunjukan Teater
Dalam struktur organisasi teater orang yang sangat berperan penting dalam mewujudkan pementasan teater adalah pimpinan produksi atau lebih dikenal dengan producer. Ia adalah orang yang merencanakan, mengatur orang temasuk memilih sutradara, dan seluruh crew atau awak produksi. Pimpinan produksi juga bertanggung jawab dalam mencari dana untuk membiayai semua kegiatan pelatihan, pementasan, dan marketing atau penjualan pementasan teater bekerjasama dengan semua crew pimpinan produksi (Beck, Roy A. et all (1988). Pimpro juga bertugas memilih sutradara, menentukan naskah, mengestimasi keperluan penonton. Sedangkan sutradara secara khusus menyiapkan aktor dan tim artistik pada suatu pementasan. Dalam pementasan teater, berdasarkan diagram di atas, maka tugas sutradara adalah mengubah naskah yang ditulis pengarang menjadi pertunjukan teater tanpa mengurangi isi, tema, dan maksud tujuan pengarang.
1. Analisis Naskah dan Kelaikan Pementasan Teater
Naskah drama memiliki tingkat kesulitan yang berbeda ketika dipentaskan. Oleh karena itu seorang sutradara harus mampu memilih naskah berdasarkan tema yang akan disampaikan, siapa yang akan menonton, dan tingkat kesulitan aktor mementaskan naskah drama tersebut. Unsur-unsur teatrikal yang kemungkinan besar bisa disajikan di panggung. Dialog dialog disesuaikan dengan tuntutan lakon dan diusahakan sehidup mungkin. Bahkan sutradara dapat mengkreasikan dialog yang ditulis pengarang untuk mewujudkan aspek tetrikal di panggung. Oleh karena itu, drama yang pantas dipentaskan di panggung adalah drama yang banyak memiliki unsur teatrikal yang memberi kesempatan sutradara untuk melakukan inovasi di panggung dengan para aktor.
a. Kriteria Kekuatan Kelayakan Naskah Drama
Naskah yang dapat dipentaskan di panggung adalah naskah yang durasinya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.Untuk para pemula yang mementaskan naskah drama durasi antara 60-90 menit adalah ideal dalam sebuah pementasan. Namun, jika durasinya lebih dari 120 menit perlu penggarapan lebih serius agar penonton tidak merasa bosan. Naskah drama yang pantas dipentaskan adalah naskah drama yang tidak hanya memperhatikan dialog saat pementasan, namun juga memperhatikan dialog-dialog yang kontekstual sesuai tunutan zaman yang diubah dari naskah tanpa menyimpang dari maksud penulis. Naskah naskah drama karya N. Riantiarno, Rendra, Arifin C. Noor, Radhar Panca Dahana, Seno Gumira A., Putu Wijaya adalah beberapa contoh naskah drama teatrikal yang pantas dipanggungkan.
b. Penonton (tingkat pendidikan, tempat dan lingkungan pertunjukan)
Tingkat pendidikan penonton merupakan variabel yang harus diperhitungkan dalam pementasan drama. Naskah drama yang akan dipentaskan untuk remaja harus memiliki nilai edukasi dan dapat memberikan motivasi. Naskah drama yang dipentaskan untuk mahasiswa dan penonton terdidik harus mampu memberi pencerahan dan kritik atas apa yang terjadi di masyarakat. Drama yang dipentaskan untuk kaum buruh, petani dan pedagang mampu memberi informasi tentang pentingnya berjuang. Sebagai contoh, naskah drama Marsinah Menggugat karya Ratna Sarumpait dapat dipentaskan dengan setting penonton berbagai latar belakang karena memuat informasi tentang ketidakadilan dan represi yang dilakukan oleh penguasa. Naskah-naskah drama Arifin C. Noor dapat membuat penonton merenungi apa arti sebuah kehidupan dalam berbagai setting, seperti misalnya kolong jembatan dalam lakon RT Nol RW Nol.
c. Faktor Pendukung Pementasan (Sponsorship, peralatan pentas)
Faktor pendukung dalam pementasan drama adalah penonton. Penonton yang membayar tiket sebagai variabel yang harus diperhitungkan. Makin bermutu sebuah pementasan makin banyak penonton yang dihadirkan. Hal itu terkait dengan jenis naskah yang dipentaskan, penulis naskahnya, dan kepopuleran aktor. Seorang sutradara yang baik harus mampu menggaet aktor terkenal untuk menyedot penonton. Kolaborasi antara aktor terkenal dengan aktor lokal dapat menarik jumlah penonton. Perusahaan, media massa, dan lembaga masyarakat dan lembaga komersial dapat menjadi pendukung memberi sponsor pertunjukan. Namun, hal yang harus dihindari adalah menawar-nawarkan proposal kepada pihak lain yang belum dikenal. Seorang pimpinan produksi memiliki tim marketing untuk mencari sponsor pertunjukan. Sponsor dapat berupa uang maupun barang.
2. Struktur Organisasi Teater
Pemahaman struktur organisasi teater dalam produksi teater secara lengkap bisa dibaca melalui tulisan Beck, Roy A. et all (1988) Play Production Today. Lincolnwood Illinois: National Textbook Company
3. Pertelaan Tugas dalam Tim Produksi Organisasi Teater
a. Produser
b. Sutradara
c. Aktor
d. Crew Panggung
e. Crew Lighting
f. Crew Musik
g. Crew Rias dan Busana
h. Sekretaris
i. Keuangan
j. Logistik
k. Pembantu Umum
l. Humas
m. Publikasi dan dokumentasi
n. Usher atau penerima tamu
o. Box Office
p. Sponsorsoship
q. Pembawa Acara
B. Manajemen Produksi Teater
a. Persyaratan Pekerja teater (kultural, Literer, artistik, teatral)
Secara Kultural, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan dunia dan bangsa, keterlibatan dalam masalah kebudayaan, memiliki visi kultural yang baik (keterbukaan, rendah hati, ingin belajar terus, dll) dan memiliki pengetahuan luas tentang hidup (Sumanto, 2001). Pemahaman sejarah bangsa, kebudayaan bangsa, perilaku dan perkembangan sejarah banga menjadi bacaan penting pekerja teater. Buku sejarah tokoh, pergerakan kebangsaan, penemu, buku filsafat, teologi, politik menjadi referensi penting (Sugiyati, SA, dkk, 1993).
Secara artistik, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang seni pada umumnya, keterlibatan dalam masalah masalah kesenian pada umumnya, memiliki dedikasi dan kecintaan pada seni, mampu mengembangkan kreativitas, originalitas melalui pengembangan 3 “motor” kreativitas (imajinasi, kemauan, perasaan) dan memiliki visi artistik yang baik (citarasa, sopistikasi, kepekaan, keterbukaan, yang dikembangkan melalui penghayatan yang dalam atas musik, puisi, lukisan, tari, dsb. (Panca Dahana, 2012).
Secara literer, pekerja teater memiliki pengetahuan yang luas tentang sastra pada umumnya dan drama pada khususnya, terlibat dalam masalah-masalah sastra, punya visi sastra yang baik (citarasa, sophistikasi), daya kritik sastra yang baik, punya pengetahuan tentang ilmu-ilmu humanitas dan ilmu sosial, agama, filsafat, dll, dan cinta yang besar pada sastra, memiliki bacaan yang luas tentang sastra pada umumnya dan drama pada khususnya (Barnet, 1985).
Secara teatral, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang seni teater dan sejarah teater, terlibat dalam masalah masalah teater, memiliki visi teater yang baik. Penguasaan keterampilan yang tinggi dalam bidang masing-masing, mempraktikkan etika teater (dedikasi dan kecintaan; rendah hati, mementingkan kerja kolektif, sifat kolegial, saling menghargai, berdisiplin, mendahulukan kepentingan bersama, dll (Sumanto, 2000). Kesetiaan kepada penulis, kepada sesama orang teater dan kepada penonton (Riantiarno, N., 1993)
b. Pimpinan Produksi
Secara umum pimpinan produksi bertugas merencanakan, memimpin, mengarahkan, mengkoordinasi, dan membiayai produksi. Pimpinan produksi berdiskusi dengan sutradara untuk memikirkan naskah, penonton, dan kemungkinan kemungkinan teknis yang terjadi dalam proses produksi dan pasca produksi.
c. Sutradara
Secara khusus sutradara menyiapkan aktor dan crew artistik untuk mewujudkan pementasan di panggung dengan berkualitas. Sutradara menyiapkan skedul pelatihan, proses pelatihan sejak membaca naskah, menghafal naskah, pengadeganan bagian, pengadeganan keseluruhan, gladi kotor, gladi bersih, sampai hari pertunjukan.
d. Aktor
Aktor bertugas mematuhi arahan sutradara terhadap peran yang dimainkan. Melakukan kreativitas dan inovasi yang disetujui sutradara. Bekerja dengan para pemain secara keseluruhan dalam peran yang dimainkan.
d. Tim Artistik
Tim artistik membantu sutradara dalam mewujudkan tuntutan artistik seperti yang diinginkan sutradara. Semua tim artistik bekerjasama untuk mewujudkan tim artistik secara keseluruhan. Panggung, lighting, dan sound harus bersatu dalam menghadirkan pertunjukan yang teatrik. Biasanya tim artistik berkolaborasi dengan para seniman dalam mengoptimalkan karya artistiknya.
Terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel tentang Mengenal Dasar Proses Produksi Dan Manajemen Teater |Teori Drama_Pementasan Part 2, semoga memberi ilmu dan pengetahuan baru seputar dunia teater.
Posting Komentar untuk "Mengenal Dasar Proses Produksi Dan Manajemen Teater |Teori Drama_Pementasan Part 2"