Ekonomi Makro |Konsumsi, Tabungan, Investasi, Sistem Keuangan Serta Pasar Untuk Dana Pinjaman
Konsumsi dan investasi merupakan dua variabel penting yang dapat mendorong pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam jangka pendek, kedua variabel ini sama-sama berperan mendorong terjadinya peningkatan permintaan agregat dan output perekonomian yang biasanya diiringi dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap. Namun dalam jangka panjang, peran tersebut lebih besar dimainkan oleh variabel investasi. Negara yang mengonsumsi hampir seluruh pendapatannya seperti Amerika Serikat cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang sedang,sementara negara yang menginvestasikan pendapatannya dalam proporsi yang besar akan cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas yang tinggi terutama dalam jangka panjang, seperti yang terjadi di Jepang.
Dalam Pembahasan Ke 3 ini akan dibahas tentang Konsumsi, Tabungan, dan Investasi. Yaitu tentang apa itu fungsi konsumsi? Apa itu fungsi tabungan?bagaimana hubungan antara fungsi konsumsi dan tabungan? Faktor apa yang mendorong konsumsi dan investasi? Untuk memudahkan kita menjawab pertanyaan di atas, maka pembahasan dibagi dalam tiga kegiatan belajar yaitu:(1) Konsumsi dan Kaitannya dengan Tabungan, (2) Investasi dan Sistem Keuangan, dan (3) Pasar untuk Dana Penjamin. Dalam tiap kegiatan belajar dilengkapi dengan uraian materi, konsep, rumus, contoh, tabel, rangkuman atau kesimpulan.
Pentingnya peran konsumsi dan investasi dalam memengaruhi kinerja ekonomi makro suatu negara membuat pembahasan mengenai kedua variabel ini perlu dilakukan secara mendalam. Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat:
- 1. menjelaskan fungsi konsumsi;
- 2. menjelaskan fungsi tabungan;
- 3. menjelaskan hubungan antara fungsi konsumsi dan tabungan;
- 4. menghitung konsep MPC dan MPS;
- 5. menjelaskan faktor pendorong konsumsi;
- 6. menjelaskan faktor pendorong investasi;
- 7. membedakan antara investasi dan tabungan;
- 8. menunjukkan arah pergeseran kurva permintaan dan penawaran dana pinjaman.
Konsumsi dan Kaitannya dengan Tabungan
Pada Kegiatan atau Pembahasan Pertama ini, kita akan membahas tentang apa itu konsumsi dan tabungan, apa fungsi keduanya di dalam perekonomian? Apa kaitan antara konsumsi, tabungan, dan pendapatan? Apa saja yang memengaruhi besarnya konsumsi dan tabungan masyarakat di dalam perekonomian? Istilah apa yang digunakan dalam konsumsi dan tabungan? Untuk memudahkan Anda dalam mempelajari bagian ini, silakan Anda buat catatan kecil tentang hal-hal yang Anda anggap penting!
Dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, pengeluaran konsumsi merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar bagi pembentukan PDB dengan proporsi mencapai hampir 60 persen dari total PDB Indonesia. Konsumsi setiap rumah tangga berbeda-beda bergantung pada pendapatan seseorang, dan tidak ada dua rumah tangga yang membelanjakan uangnya dengan keperluan yang sama persis. Secara umum, mereka mengalokasikan pendapatannya untuk dibelanjakan berbagai kebutuhan hidup seperti bahan pangan, pakaian, transportasi, perumahan, pendidikan, kesehatan, listrik, dan sebagainya.
Pada rumah tangga berpendapatan rendah, mereka akan menghabiskan sebagian besar uangnya untuk keperluan primer seperti sandang, pangan, dan papan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan, kualitas pangan yang dikonsumsi bertambah tinggi. Tidak hanya sekedar beras, singkong, sagu, dan lain-lain, tetapi akan ditambahkan daging, sayur-mayur, dan buah-buahan. Sedangkan rumah tangga berpendapatan menengah, terdapat bagian dari pendapatan yang dialokasikan untuk keperluan tempat tinggal permanen, yang pada umumnya cenderung konstan. Selain itu. karena memiliki uang lebih banyak dibanding golongan pendapatan rendah, mereka juga mengalokasikan anggaran untuk konsumsi lainnya seperti biaya pendidikan, transportasi, rekreasi, dan pakaian dengan kualitas yang lebih baik.
Rumah tangga berpendapatan tinggi akan mampu membeli barang mewah dan cenderung semakin bertambah konsumsinya seiring dengan naiknya pendapatan yang diterima. Namun, tidak semua uang yang dimilikinya akan dihabiskan untuk konsumsi, karena pada akhirnya rumah tangga juga akan mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk tabungan. Dapat diperhatikan bahwa tabungan akan semakin besar seiring dengan semakin pendapatan.
Terdapat hubungan yang dekat antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan. Tabungan dapat diartikan sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, atau dengan kata lain tabungan adalah pendapatan dikurangi dengan konsumsi. Studi tentang kebiasaan menabung menunjukkan bahwa orang berpendapatan tinggi cenderung berperilaku menabung lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendapatan rendah. Orang yang berpendapatan sangat rendah bahkan tidak mampu menabung sama sekali.
Hubungan antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan bergantung juga pada beberapa isu-isu ekonomi. Untuk mengetahui bagaimana tabungan dan investasi dapat menjelaskan tingkat pengeluaran nasional dan ketenagakerjaan, kita harus mempelajari fungsi konsumsi, hubungan antara pendapatan dan konsumsi serta fungsi tabungan. dan sebaliknya serta keterkaitan antara pendapatan dan tabungan.
A. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
1. Fungsi Konsumsi
Alat utama dalam menganalisis konsumsi adalah dengan menggunakan fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat dari pengeluaran untuk konsumsi dengan tingkat dari pendapatan disposabel (disposable income) rumah tangga. Pendapatan disposabel adalah pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan setelah dikurangi beban pajak yang harus dibayar. Konsep ini diperkenalkan oleh John Maynard Keynes, berdasarkan pengujian hipotesisnya bahwa terdapat hubungan empiris antara konsumsi dan pendapatan.
Fungsi konsumsi akan lebih mudah ditunjukkan dalam bentuk grafik. Untuk lebih jelas, silakan Anda perhatikan Gambar 3.1 berikut ini, sumbu vertikal merupakan pengeluaran untuk konsumsi dan sumbu horizontal merupakan pendapatan disposabel rumah tangga. Titik-titik A, B, C, D, E. F, dan G merupakan titik-titik yang menghubungkan antara konsumsi dan pendapatan disposabel rumah tangga yang membentuk sebuah kurva, yaitu kurva konsumsi. Garis 450 yang dilukiskan pada Gambar 3.1 merupakan garis yang khusus karena pada setiap titik di garis tersebut tingkat konsumsi sama dengan tingkat pendapatan. Garis tersebut juga dapat menunjukkan secara cepat apakah pengeluaran untuk konsumsi lebih kecil, sama dengan atau lebih besar dibandingkan tingkat pendapatan.
Gambar 3.1 Fungsi Konsumsi
Grafik fungsi konsumsi ini didapat dari perhitungan angka-angka seperti tampak pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 ini memperlihatkan hubungan antara pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan rumah tangga. Misalkan, pendapatan disposabel sebesar Rp 1.500.000, bukan tabungan sebesar Rp 11.000, dan konsumsi sebesar Rp 1.511.000 yang diperlihatkan oleh titik A pada Gambar 3.1 dan Tabel 3.1, kelebihan konsumsi dilakukan dengan utang.
Tabel 3.1 Pendapatan Disposabel, Konsumsi, dan Tabungan Rumah Tangga
Selanjutnya, coba Anda perhatikan titik B dalam Gambar 3.1, titik yang berpotongan dengan garis 45°, dan perhatikan juga notasi B dalam Tabel 3.1 yaitu pada saat pendapatan disposabel sebesar Rp. 1.600.000. Titik B ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi sama dengan pendapatan disposabel. Dalam hal ini rumah tangga tidak mempunyai tabungan. Fungsi konsumsi akan berada di bawah garis 45° pada saat berada di sebelah kanan titik B.
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi dapat dilihat dengan cara memeriksa garis vertikal yang menghubungkan titik E dengan titik E' seperti tampak pada Gambar 3.1. Kemudian, pada saat tingkat pendapatan sebesar Rp 1.900.000,- konsumsi rumah tangga hanya sebesar Rp 1.824.000, sehingga ada bagian dari pendapatan yang digunakan untuk tabungan. Oleh karenanya, titik E berada di bawah garis 45°.
Jika rumah tangga tidak membelanjakan seluruh pendapatannya, maka akan terdapat tabungan. Dalam contoh ini, besarnya tabungan dapat dihitung dengan mengukur jarak antara titik E yang terletak pada kurva fungsi konsumsi dengan titik E" yang terletak pada garis 450. Untuk titik-titik yang berada di sebelah kiri titik B, garis 45° dapat menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga melebihi tingkat pendapatan. Kelebihan dari konsumsi yang melampaui tingkat pendapatan merupakan bukan tabungan (net dissaving), dapat dihitung dengan mengukur jarak dari fungsi konsumsi dengan garis 450".
Secara singkat dapat dituliskan jika fungsi konsumsi berada di atas garis 45°" maka rumah tangga akan mempunyai hutang. Jika kedua kurva berpotongan di satu tilik, maka rumah tangga tidak mempunyai hutang dan juga tidak mempunyai tabungan. Sedangkan jika fungsi konsumsi berada di bawah garis 45°". maka rumah tangga akan mempunyai tabungan. Besarnya tabungan ataupun hutang selalu diukur dari jarak antara fungsi konsumsi dengan garis 45°*.
2. Fungsi Tabungan
Secara grafik fungsi tabungan didapatkan dengan cara mengurangi garis 45°" terhadap fungsi konsumsi, secara vertikal. Pada Gambar 3.2 sumbu horizontal menunjukkan pendapatan disposabel dan sumbu vertikal menunjukkan tabungan, baik yang berjumlah negatif ataupun positif. Gambar fungsi tabungan ini diturunkan dari Gambar 3.1, yang secara sederhana merupakan jarak vertikal antara garis 45°" dengan fungsi konsumsi yang terbentuk. Sebagai contoh, titik 4 pada Gambar 3.1 berada di atas garis 45°", pada Gambar 3.2 titik yang menunjukkan fungsi tabungan berada di bawah sumbu horizontal, yang menunjukkan rumah tangga mempunyai dissaving (utang). Untuk titik-titik di yang berada sebelah kanan titik B pada Gambar 3.1, fungsi tabungannya pada Gambar 3.2 berada di atas sumbu horizontal yang ditunjukkan oleh titik C, D, E dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya silakan Anda perhatikan Gambar 3.2 di bawah ini!
Sebelum ini kita telah membahas tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan, jika Anda telah paham silakan melanjutkan dengan materi berikut, yaitu tentang konsep MPC dan MPS dan bagaimana cara menghitung MPC dan MPS.
B. KONSEP MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME (MPC) DAN MARGINAL PROPENSITY TO SA VE (MPS)
1. Marginal Propensity to Consume (MPC)
Marginal Propensity to Consume (MPC) didefinisikan sebagai besarnya tambahan konsumsi saat memeroleh tambahan pendapatan. Dalam istilah ekonomi, marginal diartikan sebagai tambahan atau ekstra. Contohnya marginal cost yang berarti biaya tambahan untuk memproduksi satu unit tambahan. Propensity to Consume dalam ekonomi makro digambarkan sebagai tingkat yang diinginkan dari konsumsi. Jadi MPC merupakan konsumsi ekstra atau tambahan yang dihasilkan dari tambahan pendapatan. Untuk menghitung MPC dapat digunakan rumus:
Untuk lebih mengerti tentang penghitungan MPC. kita tuliskan kembali Tabel 3.1 dengan bentuk yang lebih lengkap dengan penambahan MPC dan Marginal Propensity to Save (MPS), seperti yang terlihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.
Bagaimana cara penghitungan nilai MPC seperti yang terlihat pada kolom 3? Mari kita lihat perubahan yang terjadi dari C ke D. Tingkat pendapatan disposabel mengalami kenaikan sebesar Rp 100.000. Tingkat konsumsi juga mengalami kenaikan dari Rpl.685.000,- menjadi Rpl.760.000,- atau sebesar Rp 75.000,-. Oleh karenanya, konsumsi tambahan sebesar Rp75.000/Rp l00.000 = 0,75 dari tambahan pendapatan. Untuk mencari angka 0,75 ini, kita gunakan rumus MPC yang sudah ada.
Silakan Anda coba menghitung nilai MPC = 0,85, dengan menggunakan rumus yang ada. Selamat bekerja!
2. Marginal Propensity to Save (MPS)
Marginal Propensity to Save (MPS) didefinisikan sebagai pembagian setiap tambahan rupiah dari pendapatan yang masuk ke dalam tabungan tambahan. MPC dan MPS terhubung seperti cermin kembar. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa pendapatan sama dengan konsumsi ditambah dengan tabungan. Hal ini berarti secara tidak langsung bahwa setiap tambahan rupiah dari pendapatan tambahan akan dibagi menjadi konsumsi tambahan dan tabungan tambahan. Maka dari itu jika nilai MPC 0,85, nilai MPS akan sebesar 0,15. Semakin besar nilai MPC maka semakin kecil nilai MPS, demikian pula sebaliknya.
Sebagai perbandingan, dari kolom 3 dan 5 pada Tabel 3.2. terlihat bahwa pada tingkat pendapatan berapa pun, nilai jumlahan dari MPC dan MPS akan sama dengan 1, tidak lebih dan tidak kurang. Sehingga dapat dituliskan:
Setelah mengetahui cara menghitung MPC, akan kita coba hitung MPC secara grafik, seperti yang terdapat pada Gambar 3.2. Kita gambarkan sebuah segitiga kecil di dekat titik B dan C. Seiring dengan meningkatnya pendapatan sebesar Rp 100.000 dari B ke C, jumlah konsumsi juga meningkat sebesar Rp85.000,- berdasar fungsi konsumsi. Ini artinya MPC berada dikisaran Rp85.000,-/Rp 100.000,- = 0,85.
Slope dari fungsi konsumsi, yang mengukur perubahan konsumsi setiap perubahan rupiah yang terjadi dalam pendapatan disebut sebagai Marginal Propensity to Consume.
C. FAKTOR-FAKTOR PENENTU TINGKAT KONSUMSI NASIONAL
Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, kita perlu mempelajari pola konsumsi agregat suatu negara karena konsumsi merupakan komponen utama perhitungan pendapatan nasional dari sisi pengeluaran. Selain itu. apa yang tidak dikonsumsi dapat menjadi tabungan, memungkinkan suatu negara untuk menjadikannya sebuah investasi yang merupakan daya dorong dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Faktor apa saja yang menjadi pendorong konsumsi suatu negara?
Faktor penentu tingkat konsumsi nasional terdiri dari 1) tingkat pendapatan disposabel, 2) pendapatan permanen dan teori siklus konsumsi, dan 3) kekayaan. Di antara ketiga faktor ini, yang menjadi faktor utama adalah faktor pendapatan disposabel (disposable income).
1. Pendapatan Disposabel
Teori konsumsi yang paling sederhana hanya menggunakan pendapatan pada tahun tertentu untuk memprediksi pengeluaran konsumsi. Studi lebih lanjut menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan saat tertentu saja, tetapi pendapatan di masa lalu dan masa yang akan datang, atau kecenderungan pendapatan yang akan diperoleh dalam jangka panjang. Itulah mengapa seorang konsumen dapat melakukan pengeluaran konsumsi yang melampaui pendapatannya. Pendapatan jangka panjang memungkinkan ia melakukannya.
2. Teori Pendapatan Permanen dan Teori Siklus Konsumsi
Pada umumnya konsumen dalam menentukan anggaran belanja tidak hanya bergantung pada pendapatan tetap, tetapi juga mempertimbangkan prospek pendapatan yang akan diterimanya dalam jangka panjang. Teori pendapatan tetap (permanent income theory) dan hipotesis siklus-hidup (life¬cycle hypothesis) serta analisis lainnya yang telah dikembangkan berupaya menjelaskan tentang kaitan antara konsumsi dengan kecenderungan pendapatan dalam jangka panjang.
Selain menggunakan rumus di atas, MPS juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Pendapatan tetap (permanent income) didefinisikan sebagai rata-rata tingkat pendapatan yang akan diterima oleh rumah tangga dalam jangka panjang, ketika ada kemungkinan terjadi fluktuasi dalam jangka pendek. Intinya bahwa rumah tangga akan membelanjakan uangnya untuk konsumsi secara relatif konstan (sesuai dengan ekspektasi pendapatannya dalam jangka panjang). Penting bagi kita untuk memperhatikan pendapatan tetap yang diterima, karena hal ini memberikan sedikit gambaran bahwasanya konsumen tidak akan melakukan fluktuasi konsumsi secara drastis.
Saat perubahan pendapatan terjadi secara permanen, semisal kenaikan gaji, maka konsumen akan berkecenderungan untuk menaikkan pula tingkat konsumsinya proporsional dengan kenaikan pendapatan. Lain halnya jika perubahan pendapatan hanya bersifat sementara seperti perolehan bonus gaji, maka tambahan konsumsinya hanya bersifat sementara pula. Oleh karena itulah, ekspektasi konsumen tentang guncangan pendapatan, baik bersifat permanen ataupun sementara, tetap harus diperhatikan dan dianalisis dampaknya terhadap pola konsumsi.
3. Tingkat Kekayaan
Lebih jauh lagi, tingkat konsumsi dapat pula ditentukan oleh tingkat kekayaan. Sebagai contoh dua orang yang sama-sama mempunyai penghasilan sebesar Rp24 juta/tahun. Konsumen pertama mempunyai deposit di bank sebesar Rp200 juta, sedangkan yang lain tidak mempunyai tabungan. Maka konsumen pertama dapat mengonsumsi lebih banyak tanpa harus takut bangkrut dibandingkan konsumen yang kedua karena konsumen pertama lebih kaya dibandingkan dengan konsumen kedua. Hal ini mengindikasikan bahwasanya telah terjadi efek kekayaan pada konsumen pertama. Normalnya kekayaan tidak dapat berubah secara cepat dari tahun ke tahun, oleh karenanya, jarang sekali hal ini dapat menyebabkan pergerakan yang cepat dalam tingkat konsumsi. Sebagai pengingat, kekayaan adalah konsep stok, sedangkan pendapatan konsep aliran (flow). Kekayaan bisa bertambah tergantung dari besarnya aliran pendapatan yang diterima.
Pembahasan Ke Dua (2)
Investasi dan Sistem Keuangan
Setelah kita membahas tentang konsumsi, tabungan. dan investasi,kemudian pembahasan akan dilanjutkan dengan investasi dan sistemkeuangan. Investasi termasuk bagian dari perhitungan pendapatan nasional sisipengeluaran. Investasi merupakan salah satu variabel dalam makro ekonomiyang sangat penting karena memengaruhi akumulasi modal.Investasi didefinisikan sebagai penambahan pada persediaan dari nilaiaktiva barang-barang modal, termasuk di dalamnya perlengkapan, struktur,atau inventori.
Sebagai contoh, saat kita membeli sebuah rumah ataumembangun sebuah pabrik, kegiatan ini merupakan investasi. Menurut ahliekonomi pembelian ini secara jelas meliputi transaksi finansial atau perubahanportfolio, untuk apa seseorang membeli dan seorang lainnya menjual.Investasi memainkan dua peran dalam teori makro ekonomi. Yangpertama, dikarenakan investasi merupakan komponen pembelanjaan yangbesar dan mudah berubah-ubah. Perubahan yang tajam dalam investasimempunyai pengaruh yang besar dalam permintaan agregat, lalu output dankemudian ketenagakerjaan.
Di samping itu, investasi menyebabkan terjadinyapenambahan akumulasi kapital. Penambahan stok gedung-gedung yangberguna serta perlengkapan dapat menambah output potensial suatu negara danmenaikkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Oleh karena itu,investasi pada dasarnya mempunyai peran ganda, yaitu memengaruhi outputperekonomian jangka pendek melalui pengaruhnya pada permintaan agregat,dan memengaruhi pertumbuhan output dalam jangka panjang melaluipengaruhnya dari formasi kapital pada output potensial.
A. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INVESTASI
Pada dasarnya, terdapat tiga elemen dasar untuk memahami faktor pendorong keputusan untuk melakukan investasi, yaitu 1) faktor pendapatan, 2) faktor biaya, dan 3) faktor ekspektasi.
1. Pendapatan
Sebuah investasi akan memberikan tambahan penghasilan yang lebih besar jika investasi ini mampu membuat perusahaan berhasil menghasilkan dan menjual produknya lebih banyak. Salah satu pertimbangan penting dari dilakukannya investasi adalah tingkat output yang akan dihasilkan perekonomian secara keseluruhan. Jika pendapatan perekonomian meningkat, kecenderungan yang terjadi adalah ikut meningkatkan investasi. Salah satu teori yang penting terkait dengan perilaku investasi ini adalah teori tentang prinsip percepatan ‘accelerator principle'. Prinsip ini mengungkapkan bahwa tingkat investasi akan sangat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dari output. Investasi akan tinggi ketika pendapatan nasional mengalami pertumbuhan, dan sebaliknya investasi akan rendah jika pendapatan nasional turun.
2. Biaya
Faktor kedua yang berperan penting dalam menentukan tingkat investasi adalah biaya investasi. Biaya yang dibutuhkan untuk investasi lebih kompleks dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli barang-barang lainnya. Hal ini karena investasi berlangsung untuk jangka waktu yang lama, sehingga sulit untuk memperkirakan biaya yang kira- kira akan muncul.
Yang termasuk biaya investasi ini di antaranya adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga perlu dipertimbangkan sebagai biaya karena saat berinvestasi (misalnya dengan membeli mesin produksi), terutama jika dana yang dipakai berasal dari pinjaman bank, tentu ada kewajiban investor untuk membayar bunga atas dana pinjaman tersebut sampai jangka waktu tertentu. Biaya lain yang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi adalah pajak yang diberlakukan pemerintah. Makin tinggi tingkat pajak tentu akan menambah biaya investasi, yang akhimya dapat melemahkan keinginan investor untuk melakukan investasi.
3. Ekspektasi
Faktor ketiga dalam menentukan tingkat investasi adalah ekspektasi/dugaan investor terhadap hasil yang dapat diperoleh dari investasi. Optimisme investor akan memperkuat keinginan investor untuk melakukan investasi.
1. Sistem Keuangan dalam Perekonomian
Dalam berinvestasi, tidak semua pihak dapat mengandalkan sumber dayanya sendiri. Terkadang, investor memerlukan pendanaan yang jumlahnya jauh lebih besar dari dana yang dimilikinya. Bagaimana caranya agar kebutuhan investasi investor ini dapat terpenuhi? Keberadaan sistem keuangan adalah jawabannya. Sistem keuangan pada dasarnya adalah institusi dalam perekonomian yang membantu mempertemukan orang yang memiliki kelebihan uang (yaitu orang yang memiliki tabungan) dan orang yang membutuhkan uang (karena kebutuhannya lebih besar dari jumlah pendapatan yang dimiliki), sehingga investor dapat meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Dalam sistem keuangan, orang yang mengalami kelebihan uang akan berada di sisi penawaran, sementara peminjam berada di sisi permintaan.
Sistem keuangan ini terdiri dari berbagai macam institusi keuangan. Secara garis besar, institusi keuangan ini dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar, yaitu pasar keuangan dan perantara keuangan.
a. Pasar keuangan (financial market)
Pasar keuangan merupakan institusi yang mempertemukan orang yang mengalami kelebihan uang dan orang yang membutuhkan uang secara langsung. Pasar ini terdiri dari dua jenis, yaitu pasar saham dan pasar obligasi.
1) Pasar Saham
Saham merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terhadap suatu perusahaan, sehingga pemilik dari saham ini akan berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Surat berharga ini diperjualbelikan di pasar saham. Di Indonesia, pasar saham ini adalah BEI (Bursa Efek Indonesia), sementara di Amerika Serikat terdapat New York Stock Exchange.
Di pasar saham, individu/institusi yang mengalami kelebihan uang dapat membeli saham-saham perusahaan yang terdapat di pasar saham tersebut. Dana yang terhimpun dari aktivitas pembelian ini akan digunakan oleh perusahaan terkait (perusahaan yang sahamnya dibeli) untuk membiayai investasi perusahaannya.
2) Pasar Obligasi
Obligasi merupakan sertifikat utang atau surat pernyataan utang yang menetapkan kewajiban-kewajiban dari orang/institusi yang berhutang kepada pemegang obligasi. Di dalam surat obligasi ini dicantumkan tanggal jatuh tempo pembayaran utang dan tingkat suku bunga yang harus dibayar secara berkala hingga utang dilunasi pada masa jatuh tempo. Obligasi ini berbeda dengan saham karena status individu/institusi yang memiliki obligasi adalah sebagai pemberi utang, sementara pemilik saham memiliki status sebagai pemilik perusahaan. Mengamati kondisi ketika dengan obligasi, pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana akan dipertemukan melalui pembelian surat berharga obligasi.
b. Perantara keuangan (financial intermediaries)
Perantara keuangan merupakan institusi keuangan yang menjadi perantara dalam mempertemukan orang yang mengalami kelebihan uang dan orang yang membutuhkan uang secara tidak langsung. Pada dasarnya terdapat dua institusi keuangan yang menjalankan fungsi sebagai perantara keuangan, yaitu bank dan mutual fund.
1) Bank
Bank tentu bukanlah institusi yang asing dalam kehidupan. Aktivitas apa saja yang Anda lakukan di bank? Pada dasarnya, di bank terjadi dua aktivitas utama, yaitu menabung dan meminjam uang, dan terhadap kedua aktivitas ini diberlakukan tingkat suku bunga yang berbeda; biasanya, tingkat suku bunga untuk meminjam uang lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga ketika menabungkan uang.
Dua aktivitas utama di bank ini yaitu menabung dan meminjam uang merupakan wujud dari peran bank sebagai perantara keuangan. Bank mempertemukan antara pemilik modal dan yang membutuhkan modal secara tidak langsung, ketika peminjam uang tidak pernah mengetahui dari simpanan siapa uang yang dipinjamnya berasal. Hal ini berbeda dengan peran yang dilakukan oleh pasar modal dan pasar uang karena di kedua pasar ini pemilik modal dan yang membutuhkan modal dapat mengetahui satu sama lain karena mereka dipertemukan secara langsung di pasar.
2) Mutual Fund/Reksadana
Reksadana merupakan institusi keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian dana ini diinvestasikan dalam bentuk portfolio investasi berupa saham dan obligasi. Memiliki langsung saham/obligasi melalui pasar obligasi/pasar saham membutuhkan dana dengan nominal yang besar sehingga menyulitkan bagi masyarakat untuk bisa memiliki instrumen keuangan ini. Namun dengan adanya reksadana, masyarakat yang tidak memiliki dana yang besar tetap dapat memiliki instrumen investasi saham dan obligasi karena pembelian saham/obligasi dilakukan dengan menggunakan dana-dana yang terhimpun di reksadana.
2. Keterkaitan antara Investasi dan Tabungan dalam Sistem Pendapatan Nasional
Dalam sistem pendapatan nasional sebenarnya terlihat adanya hubungan antara konsumsi, tabungan, dan investasi. Masih ingat perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran yang dipelajari pada Modul 2? Pada Modul 2 telah dikemukakan bahwa PDB (dimisalkan dengan lambang Y) dengan pendekatan pengeluaran dihitung dengan menggunakan rumus:
Y = C + I + G + NX ................ (3.1)
Persamaan ini merupakan persamaan dalam sistem perekonomian terbuka, yaitu sistem perekonomian yang memungkinkan adanya interaksi dengan negara lain di dunia melalui ekspor-impor. Jika perekonomian diasumsikan tidak melakukan interaksi dengan negara lain (tidak ada ekspor impor), maka persamaan PDB di atas akan menjadi persamaan dalam sistem perekonomian tertutup, sehingga formula perhitungan PDB berubah menjadi:
Y = C + I + G ................ (3.2)
Persamaan ini berarti bahwa seluruh output yang dihasilkan dalam perekonomian hanya dimanfaatkan oleh orang yang terdapat di perekonomian tersebut, yaitu digunakan untuk keperluan konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah.
Bagaimana persamaan ini menunjukkan adanya hubungan antara investasi, konsumsi, dan tabungan? Dengan menyusun kembali persamaan di atas, kita dapat memperoleh bentuk persamaan sebagai berikut:
Y - C - G = I ................ (3.3)
Sisi kiri dari persamaan ini merupakan total pendapatan dalam perekonomian yang tersisa setelah digunakan untuk keperluan konsumsi dan pengeluaran pemerintah; jumlah yang tersisa ini dikenal juga dengan sebutan tabungan nasional, yang dilambangkan sebagai S. Dengan menyubstitusikan Y-C-G menjadi S, maka diperoleh persamaan:
S = I ................ (3.4)
Dengan persamaan di atas terlihat bahwa jumlah tabungan sebenarnya sama dengan jumlah investasi.
3. Perbedaan antara Tabungan dan Investasi
Meskipun pada persamaan di atas terlihat bahwa jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi, namun antara tabungan dan investasi sendiri memiliki perbedaan yang substansial. Namun, sebelum membahas perbedaan antara tabungan dan investasi, jawablah pertanyaan berikut terlebih dahulu: Menurut Anda, tindakan membeli saham tergolong ke dalam aktivitas investasi atau menabung? Jawabannya adalah: membeli saham merupakan kegiatan menabung. Dalam ekonomi makro, yang dimaksud dengan investasi adalah kegiatan membeli barang modal baru seperti bangunan dan peralatan. Misalnya, individu yang meminjam uang dari bank kemudian menggunakan uangnya untuk membangun pabrik dan membeli mesin produksi, maka tindakan individu ini dapat dikategorikan sebagai investasi. Karena membeli saham bukanlah aktivitas membeli barang modal, maka aktivitas ini tidak dapat digolongkan ke dalam investasi.
Pada persamaan terakhir di atas dinyatakan bahwa nilai investasi akan sama dengan nilai tabungan. Pernyataan ini sebenarnya hanya berlaku untuk perekonomian di level nasional. Untuk perekonomian di tingkat individu atau rumah tangga, persamaan ini tidak berlaku. Anda tentu sering melihat adanya keluarga yang menyimpan uangnya di bank bukan? Hal ini menandakan bahwa tabungannya lebih besar.
4. Konsep Anggaran Surplus dan Anggaran Defisit
Konsep anggaran defisit dan anggaran surplus suatu negara dapat dipahami dari fungsi tabungan nasional:
S = Y - C - G ................ (3.5)
Dengan melakukan manipulasi matematika terhadap persamaan di atas berupa memasukkan unsur pajak (T) yang dihimpun dalam perekonomian, kemudian menguranginya kembali dengan unsur pajak yang dibayarkan kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, akan diperoleh persamaan berbentuk:
S = [Y - T - C] + [T - G] ................ (3.6)
Kedua unsur pajak (T) yang ditambahkan dan dikurangkan dalam fungsi tabungan nasional ini memiliki nilai yang sama karena setiap pajak yang dihimpun pemerintah akan disalurkan kembali sepenuhnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, tindakan menambahkan T dan mengurangkan T dari persamaan di atas, sebenarnya tidak akan menimbulkan perubahan nilai persamaan secara matematis, meskipun secara ekonomi tindakan mampu menjelaskan suatu konsep dasar dalam ekonomi.
Persamaan (3.6) di atas dapat dibagi atas dua bagian, yaitu persamaan tabungan swasta [Y- T - C] dan persamaan tabungan pemerintah |T - G). Tabungan swasta merupakan jumlah pendapatan rumah tangga yang masih tersisa setelah digunakan untuk membayar pajak dan untuk membiayai pengeluaran konsumsi. Sementara tabungan pemerintah merupakan total pendapatan pajak pemerintah yang masih tersisa setelah pemerintah membiayai pengeluarannya. Jika jumlah T lebih besar dari jumlah G, maka kondisi anggaran pemerintah ini disebut juga sebagai surplus anggaran; sementara ketika nilai T lebih kecil dari nilai G, maka berarti pemerintah mengalami defisit anggaran.
Kesimpulan Tentang Investasi-dan-Sistem-Keuangan
Investasi adalah penambahan pada persediaan dari nilai aktiva barang-barang modal, termasuk di dalamnya perlengkapan, struktur, atau inventori. Perubahan yang tajam dalam investasi mempunyai pengaruh yang besar dalam permintaan agregat, lalu output, kemudian ketenagakerjaan. Di samping itu, investasi menuntun kita kepada akumulasi kapital. Terdapat tiga elemen dasar yang menjadi faktor pendorong dilakukannya investasi, yaitu 1) faktor pendapatan, 2) faktor biaya, dan 3) faktor ekspektasi.
Dalam berinvestasi, tidak semua pihak dapat mengandalkan sumber dayanya sendiri. Terkadang, investor memerlukan pendanaan yang jumlahnya jauh lebih besar dari dana yang dimilikinya. Pendanaan ini dapat diperoleh dari pasar keuangan, yaitu institusi yang mempertemukan orang yang mengalami kelebihan uang dan orang yang membutuhkan uang secara langsung; dan perantara keuangan yaitu institusi yang menjadi perantara dalam mempertemukan orang yang mengalami kelebihan uang dan orang yang membutuhkan uang secara tidak langsung.
Pasar untuk Dana Pinjaman
Sebelumnya kita telah membahas investasi dan sistem keuangan, kemudianpembahasan dilanjutkan dengan pasar untuk dana pinjaman. Berbagaiinstitusi keuangan dapat dikatakan sebagai pasar dana pinjaman, namun untukmemudahkan kerangka analisis, diasumsikan bahwa perekonomian hanyamemiliki satu pasar dana pinjaman, serta semua orang yang mengalamikelebihan uang menyimpan uangnya di pasar ini, dan semua orang yangmembutuhkan pinjaman datang pula ke pasar ini.
Sama seperti pasar yang lain,pasar ini juga dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran, yaitupermintaan dan penawaran dari dana pinjaman.Penawaran dana pinjaman berasal dari orang yang memiliki kelebihanpendapatan dan orang tersebut memiliki keinginan untuk meminjamkan danayang berlebih tersebut. Pemberian pinjaman ini dapat dilakukan secaralangsung ataupun melalui perantara institusi keuangan seperti bank, caranyaadalah dengan menabung di bank, kemudian banklah yang menjadi perantarauntuk meminjamkan dana ini kepada pihak yang membutuhkan pembiayaan.
Dari kondisi ini terlihat bahwa penawaran dana pinjaman berasal dari tabunganorang yang memiliki kelebihan dana, dan sebagai imbalan atas dana yangdipinjamkan ini. diberikan kompensasi berupa bunga atas dana yangdipinjamkan.Di sisi lain, permintaan dana pinjaman berasal dari orang/rumah tangga/perusahaan yang membutuhkan pendanaan untuk melakukan investasi ataukonsumsi. Atau dengan kata lain, investasi dan konsumsi dapat diungkapkansebagai sumber permintaan dana pinjaman.
Terhadap dana yang dipinjam ini,individu/rumah tangga/perusahaan yang meminjam dana akan memberikanimbalan atau balas jasa kepada pemilik dana dengan tingkat bunga tertentu.Suku bunga yang menjadi kompensasi atas dana pinjaman ini bukanlahsuku bunga nominal, namun suku bunga riil. Suku bunga riil memilikikemampuan untuk mengukur seberapa cepat daya beli dari uang dalamtabungan akan meningkat sepanjang waktu, sementara suku bunga nominalhanya mengukur seberapa cepat peningkatan nilai uang, bukanlah seberapacepat peningkatan daya beli uang. Untuk mendapatkan nilai suku bunga riil.
pengaruh inflasi perlu dihilangkan dari nilai suku bunga nominal, sehingga perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:
Suku bunga riil = suku bunga nominal - inflasi
Pengaruh suku bunga riil terhadap permintaan dan pengaruh suku bunga riil terhadap penawaran memiliki pengaruh yang berlawanan satu sama lain. Dari sisi permintaan, suku bunga akan memiliki pengaruh negatif (ditandai dengan negatifnya kemiringan kurva permintaan), yaitu peningkatan tingkat suku bunga menyebabkan terjadinya penurunan permintaan terhadap dana pinjaman, dan sebaliknya. Sedangkan pengaruh suku bunga terhadap penawaran dana pinjaman bersifat positif, manakala meningkatnya suku bunga akan mendorong peningkatan penawaran dana pinjaman. Bagi Secara grafis, pengaruh positif suku bunga terhadap penawaran ini ditandai dengan bentuk kurva penawaran yang memiliki kemiringan positif/menaik (perhatikan Gambar 3.3).
Gambar 3.3
Kurva Permintaan dan Penawaran Dana Pinjaman
Titik keseimbangan akan terbentuk ketika jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah dana pinjaman yang diminta, dan tingkat suku
bunga berperan dalam mendorong terciptanya kondisi keseimbangan ini. Bagaimanakah caranya? Ketika tingkat suku bunga lebih tinggi dari suku bunga keseimbangan, jumlah penawaran dana lebih besar dari jumlah permintaan dana karena orang menjadi terdorong untuk meningkatkan tabungannya. Kondisi yang tercipta adalah terjadinya kelebihan penawaran dari dana pinjaman/ercess supply. Lebih sedikitnya jumlah permintaan dana dibandingkan dengan jumlah penawarannya menjadi pendorong turunnya tingkat suku bunga agar jumlah permintaan dana menjadi meningkat. Dengan turunnya suku bunga, jumlah permintaan akhirnya akan terdorong naik karena biaya investasi menjadi lebih murah, diiringi dengan penurunan jumlah penawaran hingga akhirnya tercapai kondisi keseimbangan di titik 0, yaitu titik ketika jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran.
Sebaliknya, ketika suku bunga berada di bawah tingkat suku bunga keseimbangan, terjadi kondisi kelebihan permintaan (excess demand), yaitu lebih besarnya jumlah penawaran dibandingkan dengan jumlah permintaan. Suku bunga yang terlalu rendah di satu sisi melemahkan keinginan orang untuk menabung, namun di sisi lain meningkatkan keinginan orang untuk melakukan investasi. Sedikitnya penawaran dana di saat permintaannya besar akan mendorong peningkatan tingkat suku bunga; dengan terjadinya peningkatan suku bunga, perbedaan antara jumlah uang yang diminta dan ditawarkan akan makin mengecil, dan akhirnya tercapai kondisi keseimbangan di saat suku bunga mencapai tingkat suku bunga r.
Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran Dana Pinjaman
Selain tingkat suku bunga, sebenarnya terdapat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi permintaan dan penawaran dana pinjaman. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah adanya pemberian insentif investasi, pemberian insentif tabungan, dan kebijakan anggaran defisit pemerintah. Namun, dalam membangun kurva permintaan dan penawaran dana pinjaman di atas, digunakan asumsi cateris paribus, yaitu faktor-faktor lain selain tingkat suku bunga tidak mengalami perubahan.
Lalu, apakah yang akan terjadi jika kondisi cateris paribus tidak terpenuhi karena adanya perubahan pada faktor insentif investasi, insentif tabungan, dan kebijakan anggaran defisit pemerintah? Jawabannya adalah terjadinya pergeseran kurva, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
1. Adanya Insentif Tabungan
Pemerintah sering melakukan pemungutan pajak untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Di antara pajak yang dikenakan pemerintah dan berpengaruh langsung terhadap keinginan untuk menabung adalah pajak dari pendapatan bunga. Dengan adanya pajak ini, insentif orang untuk menabung tentu akan berkurang. Jika pemerintah memiliki keinginan untuk mendorong peningkatan tabungan masyarakat, salah satu jalan yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan menurunkan pajak pendapatan bunga sebagai insentif bagi masyarakat untuk menabung. Hal apakah yang akan terjadi akibat pemberlakuan kebijakan ini?
Analisis dampak kebijakan insentif tabungan ini dapat diamati melalui tiga tahap (Mankiw, 2007), yaitu 1) menentukan kurva mana yang akan terpengaruh oleh kebijakan, 2) ke mana arah pergerakan kurva, dan 3) bagaimana kondisi keseimbangan yang terbentuk.
Gambar 3.4
Kurva Insentif Tabungan terhadap Pasar Dana Pinjaman
Pengurangan tingkat pajak pendapatan bunga pada dasarnya merupakan kebijakan yang memberikan insentif bagi masyarakat untuk meningkatkan tabungannya karena dengan diberlakukannya insentif pajak ini, penduduk dapat menikmati tingkat pendapatan bunga yang lebih besar. Dari kondisi ini
terlihat bahwa kurva yang akan terpengaruh oleh kebijakan ini adalah kurva penawaran dana. Ke mana kah arah pergerakan kurva? Karena pemerintah menurunkan tingkat pajak pendapatan bunga, maka masyarakat akan terdorong untuk meningkatkan tabungannya, berapa pun tingkat suku bunga yang berlaku. Karena tabungan meningkat berapa pun tingkat suku bunga yang berlaku, maka kurva penawaran dana pinjaman akan digambarkan bergeser ke kanan dari Sif ke S'if (lihat Gambar 3.2). Dengan terjadinya pergeseran kurva ini. kondisi keseimbangan yang baru akan terbentuk dititik A. Di titik keseimbangan yang baru ini. tingkat suku bunga yang terbentuk lebih rendah dari tingkat suku bunga awal. Penurunan tingkat suku bunga ini akhirnya mendorong terjadinya peningkatan jumlah permintaan dana pinjaman dari Xif menjadi X'if.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diberlakukannya kebijakan insentif tabungan, tabungan akan meningkat sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat suku bunga dan meningkatnya jumlah investasi.
2. Adanya Insentif Investasi
Jika pemerintah memiliki keinginan untuk mendorong perkembangan suatu sektor ekonomi, langkah yang dapat dilakukan pemerintah adalah melakukan reformasi pajak dalam rangka memberikan insentif bagi investasi. Insentif pajak ini dapat berupa pembebasan pajak atau pun penurunan tarif pajak.
Bagaimanakah sebenarnya efek insentif pajak ini di pasar dana pinjaman sehingga akhirnya dana ini mampu mendorong peningkatan investasi? Hal yang pertama perlu diamati adalah kurva mana yang terpengaruh akibat pemberlakuan kebijakan ini. Karena pemberlakuan insentif pajak akan menurunkan biaya yang akan ditanggung investor dalam melakukan investasi, maka investasi pun akan makin terdorong tanpa terpengaruh oleh tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Dengan demikian, terlihat bahwa kurva yang akan terpengaruh adalah kurva permintaan dana pinjaman. Sementara kurva penawaran dana tidak terpengaruh karena kebijakan insentif pajak ini tidak berpengaruh terhadap tingkat tabungan masyarakat. Ke mana arah pergeseran kurva? Karena kebijakan insentif pajak ini menurunkan biaya investasi yang ditanggung investor, jumlah permintaan dana untuk investasi pun akan meningkat, berapa pun tingkat bunga yang berlaku saat itu. Alhasil, kurva permintaan akan bergeser ke kanan, membentuk keseimbangan baru di titik D. Di titik keseimbangan yang baru ini, tingkat suku bunga menjadi lebih tinggi
sehingga akhirnya akan ikut mendorong peningkatan jumlah tabungan masyarakat (yang ditandai dengan meningkatnya jumlah uang yang ditawarkan di pasar dana pinjaman). Untuk lebih jelasnya silakan Anda perhatikan Gambar 3.5 berikut ini!
Tingkat
Suku Bunga
Gambar 3.5
Efek Insentif Pajak di Pasar Dana Pinjaman
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diberlakukannya kebijakan insentif investasi (berupa pembebasan atau penurunan tarif pajak), peningkatan investasi akan terwujud, yang selanjutnya akan mendorong peningkatan tingkat suku bunga dan peningkatan jumlah penawaran dana.
3. Adanya Kebijakan Anggaran Defisit
Ketika pemerintah menerapkan kebijakan anggaran defisit, berarti pemerintah memiliki jumlah pengeluaran pemerintah yang lebih besar dibandingkan dengan penerimaan pajaknya (lihat kembali penjelasan persamaan (3.6) sebelum ini). Bagaimanakah pengaruh kebijakan ini terhadap keseimbangan di pasar dana pinjaman? Untuk lebih jelasnya silakan Anda perhatikan Gambar 3.6 berikut ini!
Gambar 3.6
Pengaruh Kebijakan Anggaran Defisit terhadap
Keseimbangan Pasar Dana Pinjaman
Tahap pertama yang perlu dilakukan untuk mengetahui dampak defisit anggaran terhadap keseimbangan pasar dana pinjaman adalah mencari tahu kurva manakah yang akan terpengaruh oleh kebijakan anggaran defisit ini. Ingatlah kembali konsep tabungan nasional yang terdiri dari tabungan swasta dan tabungan pemerintah. Dengan berpegang pada konsep ini, berarti bahwa terjadinya defisit anggaran pemerintah akan berpengaruh terhadap tingkat tabungan nasional. Karena tabungan nasional merupakan penawaran dari dana pinjaman, maka kurva yang akan terpengaruh oleh kebijakan anggaran defisit pemerintah ini adalah kurva penawaran. Ke mana kah arah pergerakan kurva ini? Karena defisit anggaran mendorong penurunan tingkat tabungan nasional, berapa pun tingkat suku bunga yang berlaku saat itu, maka pergeseran kurva akan terdorong ke kiri dari Sif ke S’if (Silakan Anda perhatikan Gambar 3.6). Menurunnya penawaran dana ini akan mendorong terjadinya peningkatan suku bunga, sehingga permintaan terhadap dana pinjaman pun mengalami penurunan. Jumlah keseimbangan dana pinjaman akibat diberlakukannya kebijakan anggaran defisit menjadi lebih rendah dari kondisi keseimbangan awal, yaitu turun dari Xif menjadi X’if.
RANGKUMAN
Penawaran dana pinjaman berasal dari orang yang memiliki kelebihan pendapatan dan orang tersebut memiliki keinginan untuk meminjamkan dana yang berlebih tersebut. Pemberian pinjaman ini dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui perantara institusi keuangan seperti bank, caranya adalah dengan menabung di bank dan kemudian banklah yang meminjamkan dana ini kepada pihak yang membutuhkan pembiayaan.
Permintaan dana pinjaman berasal dari orang/rumah tangga/perusahaan yang membutuhkan pendanaan untuk melakukan investasi. Atau dengan kata lain, investasi dapat diungkapkan sebagai sumber permintaan dana pinjaman. Terhadap dana yang dipinjam ini, individu/rumah tangga/perusahaan yang meminjam dana akan memberikan imbalan kepada pemilik dana sejumlah tingkat bunga tertentu. Suku bunga yang menjadi kompensasi atas dana pinjaman ini adalah suku bunga riil, bukan suku bunga nominal.
Dengan diberlakukannya kebijakan insentif investasi (berupa pembebasan atau penurunan tarif pajak), peningkatan investasi akan terwujud, yang selanjutnya akan mendorong peningkatan tingkat suku bunga dan peningkatan jumlah penawaran dana.
Daftar Pembahasan Ekonomi Makro V.1
- Konsep Dasar Ilmu Ekonomi Sebagai Ilmu_Sosial (Belajar Ekonomi Makro V.1)
- Pendapatan Nasional, PDB Nominal & Riil Serta Indikator Pengukur Kinerja Ekonomi Suatu Negara
- Konsumsi, Tabungan, Investasi, Sistem Keuangan Serta Pasar Untuk Dana Pinjaman (Ekonomi Makro V.1)
- Permintaan Agregat dan Angka Pengganda_Bentuk Kurva dan Cara Menghitungnya (Pembahasan Ekonomi Makro V.1)
- Uang dan Peranannya dalam Perekonomian Serta Kebijakan Moneter (Materi Ekonomi Makro V.1)
- Peran Pemerintah Dalam Perekonomian dan Kebijakan Fiskal (Kegiatan Belajar Ekonomi Makro V.1)
- Penawaran Agregat dan Konsep Pertumbuhan_Ekonomi (Ekonomi Makro V.1)
- Stabilitas Harga, Pengangguran, Siklus Bisnis dan Inflasi (Materi Ilmu Ekonomi Makro V.1)
- Perekonomian Terbuka, Aliran Barang/Jasa, Neraca Pembayaran dan Kebijakan Serta Keseimbangan (Belajar Ekonomi_Makro V.1)
Posting Komentar untuk "Ekonomi Makro |Konsumsi, Tabungan, Investasi, Sistem Keuangan Serta Pasar Untuk Dana Pinjaman"